23 September 2007

Hilang Lagi...

"Ao, ini aku"

"Ao, hp-ku hilang lagi, kecopetan"

Mendengar suaramu dari hp-ku membuat aku langsung lemas, bagai bunga yang layu karena kekurangan air. Kudengar suaramu sangat culun saat mengatakan ini padaku. Aku tahu kau pasti sedang disebuah wartel untuk memberi tahuku. Ah, kamu selalu saja kehilangan hp.

Hp bukanlah teman setia bagimu. Sejak mengenalmu selama setengah tahun ini, sudah beberapa kali kau kehilangan hp, dan penyebabnyanya selalu sama. KECOPETAN.

Bukannya aku tidak terima kau kecopetan, tapi paling tidak jangan hp. Hi, emang kamu punya apa ya untuk di copet? duit nggak punya, barang berharga apa lagi.

Tapi itu barang yang sangat berharga buat kita. Mendengar suaramu adalah hal yang sangat mewah untukku. Menerima sms-mu yang berisi pesan pengingat sangat mujarab bagi sakit pelupaku. Dan itu juga menjadi salah satu cara kita untuk membuat janji-janji di YM.

Sekarang hanya YM saja yang menjadi jemabatan penghubung kita. Tapi kita adalah air, yang akan menemukan celahnya. Langsung ucapanmu memberi semangat padaku dalam gaung antusias "Setiap kesulitan di ciptakan selalu beserta jalan keluarnya".

Mengingat HPmu yang hilang saat ini, aku juga langsung membayangkan hp-ku sendiri. Ya, kali ini kita memiliki hp dengan merk dan seri yang sama. Walau kita tidak pernah bersepakat untuk memiliki hp yang sama. Karena aku tahu kau tidak pernah disibukkan dengan hal-hal semacam itu. Hanya kebetulan yang "asyik". Paling tidak kita memegang sesuatu yang sama. Wkakakakaka...mulai deh aku melow.

Apa ini mengingatkanmu pada sesuatu kawan? wkakakakaka..jahat gw.
So, cepetan nabung dan beli yang baru ya!!!

Kali ini aku hanya tersenyum, membayangkan bagaimana air-air itu akan mencari celahnya. Ya, setiap desakan adalah kenikmatan, setiap kebuntuan merupakan desakan untuk merubuhkan.

Kawan, aku tunggu kau di tempat biasa.

*menulis ini sambil mendengar suara beratnya Selena Jones dengan I don't wanna miss a thing*

22 September 2007

Satu menjadi Dua or Dua menjadi Satu

Setiap pertemuan merujuk akan adanya perpisahan. Sama akan halnya setiap kehidupan merujuk akan adanya kematian. Selalu ada dua sisi yang saling bertolak belakang namun selalu berdampingan.

Aku dan dia mungkin saling bertolak belakang, namun tetap berdampingan. Setidaknya terus berusaha untuk berdampingan. Dia pernah mengatakan kami bagai satu di bagi menjadi dua atau dua digabungkan menjadi satu. Tak tahu yang mana yang benar namun rasa itu terasa kuat. Rasa kuat untuk saling mengisi, berbagi dan memahami, menjadikan dua itu satu atau satu itu menjadi dua. (baca lanjut)

18 September 2007

Tarrawih at Mesjid Raya

Ramadhan ke-4 adalah hari pertama aku berpuasa, setelah kemarin kedatangan tamu bulanan. Entah kenapa sudah 2 kali ramadhan ini aku punya kebiasaan aneh, yaitu lemas sesudah berbuka. Saat puasanya aku sanggup melek dan berkegiatan, namun setelah berbuka langsung ngantuk dan lemes badan semuanya. Padahal bila berbuka aku sangat normal. Berbuka dengan segelas air manis ditambah 2 atau 3 potong kue. Dan bila sudah lemas begini maka menjalar ke malas makan.

Karena puasa pertama, maka tarrawihnya pun pertama. DanMesjid Raya Baiturrahman (mesjid kebanggan ureung Atjeh) menjadi pilihan. Cuma Ingin merasakan aja keramaiannya dalam ramadhan ini. Dan selesai berbuka maka aku bersama seorang teman pergi menuju mesjid. Tidak begitu jauh dari rumahku, hanya 5 menit bila naik motor. Tapi karena ramai, maka butuh 15 menit untuk sampai dan mencari parkiran. (baca lanjut)

10 September 2007

Sahabat

Sebuah tulisan yang kupersembahakan untukmu sahabatku (Jamilah)

“Aku ada cerita seru niy” ujarmu suatu sore saat aku dengan sengaja mampir ke tempat kerjamu. Kangen ngobrol dan berbagi berita denganmu.

Kau adalah sahabatku, sahabat yang saat pertama berjumpa sudah mencuri hatiku. Kepolosan, kejujuran serta kesederhanaanmu membuatku betah untuk berlama-lama ngobrol dan curhat denganmu, walau kita sadari masing-masing bahwa sifat kita sangat berbeda jauh. Tapi itulah yang membuat kita tetap menjadi sahabat hingga sekarang. Aku sudah mengganggapmu seperti saudaraku sendiri.

Kini kulihat sayap-sayapmu sudah melebar, mulai menampakkan keindahannya. Kepompong itu sudah pecah. Ulat itu kini telah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Dan tahukah kau betapa bahagianya aku. Ya saat kau menceritakan berbagai pengalamanmu padaku, aku bersyukur bisa mengenalmu dan ikut melihat kau berkembang. Kau yang pemalu sudah menjadi si percaya diri sekarang. Kau yang penakut sudah menjadi pemberani kini. Kau yang si pengikut sudah menjadi si penentu sekarang. Aku turut bahagia sobat. Sangat bahagia. Sekaligus iri, sangat iri. Karena aku sudah ketinggalan darimu. (baca lanjut)