11 December 2007

Mengingat

Beberapa hari ini cuaca tidak menentu. Sesekali sangat panas lalu tiba-tiba hujan dan sebaliknya. Maka tak heran bila banyak yang terserang penyakit, terutama anak-anak dan bayi. Ada yang terkena musibah ada juga yang mendapat berkah. Sore itu apotik tempat dahulu aku bekerja kebanjiran pasien. Terutama orang tua yang membawa anak-anak mereka yang sakit.

"Berapa umur Rifka Pak?" tanya kasir kepada bapak si pasien saat menerima resep dari tangan si bapak.
"Tiga bulan tujuh hari" ucapnya yakin. Si kasir lalu mencatat, dan bergulirlah resep itu untuk segera di racik oleh petugas yang berada disana. Menanyakan umur bila resep itu resep anak-anak adalah standar, dan menanyakan nama bila tulisan yang tertera terasa kurang jelas.

Aku memperhatikan betapa cermatnya si bapak menghitung umur anaknya. Setiap hari tentu di goreskannya telli-teli dalam hatinya. Sehingga ia tahu betul hari ini si anak berumur berapa. Terbayang aku kedua orang tuaku, mungkin mereka juga begitu dulu. Tapi seingatku, dari Sekolah TK sampai sekarang sepertinya orang tuaku tidak pernah ingat kapan aku berulang tahun, kalaupun ingat pasti sudah jauh dari hari ulang tahunku. Tapi memang tradisi keluargaku tidak pernah merayakan hari ulang tahun itu.

Dari abang, kakak dan adik pertamaku, kami tidak pernah dirayakan bila berulang tahun. Malah cenderung masing-masing kami tidak saling mengucapkan bila salah satunya berulang tahun. Hanya adik bungsuku saja yang pernah di rayakan ulang tahunnya. Itupun tidak mengundang siapa-siapa. Hanya mamak memasak lebih banyak dan membagikannya disekitar rumah saja, maklum disekeliling rumah kami masih terhitung saudara. Dan yang penting ada kue Tart nya. Bolu berlapis fla warna warni itu yang kami sebut tanda berulang tahun.

Tentu kami tidak pernah berkecil hati bila hari ulang tahun kami tidak dirayakan. Karena kami sadar ekonomi keluarga tidak mungkin untuk melakukan itu. Tapi kami selalu berantusias bila mendapat undangan untuk menghadiri pesta ulang tahun teman-teman kami. Aku masih ingat, waktu itu kami memiliki kios kecil yang menjual perlengakapan sehari-hari. Ibuku bila kami merengek minta dibelikan kado, maka dia langsung membungkus beberapa indomie atau sabun mandi sebagai kado yang akan kami bawa. Bila mengingat itu sekarang, aku jadi senyum-senyum sendiri. Walau disaat itu aku suka malu kepada teman-teman yang membawa kado yang bagus-bagus.

Tapi begitulah. Seiring bertambah usia, kadang yang dahulu kita anggap penting sampai-sampai membuat telli-telli didalam hati setiap pergantian hari yang mengisyaratkan pertambahan usia. Menjadi biasa-biasa saja dikemudian hari bahkan melupakannya. Seperti ketika ditanya berapakah usia anak anda? Mungkin si bapak akan gelagapan menghitungnya, karena dia harus mengingat kembali kapan anaknya tersebut lahir.

Tidak ada yang salah. Toh manusia selalu berusaha mengingat apa yang dianggapnya penting. Dan kepentingan manusia selalu berubah-ubah. Tapi lagi-lagi manusia, suka meremehkan hal penting dan mengabaikannya. Dan baru sadar bahwa sesuatu itu penting setelah sesuatu itu hilang dan dia merasa kehilangan.

7 comments:

sayurs said...

beberapa kalimat pertama... dinkes banget ha..ha..ha... harusnya ditambah "jangan lupa 3M, menguras... dll.. kakaka..

adekjaya said...

trus ditambahai, jangan lupa membuang dan mengubur benda2 yang bisa menjadikan nyamuk2 bertelur !! wkakakaka...

Unknown said...

telli-teli apaan ya?


isnuansayangpengenpresidenperempuan

ichal said...

jaga kesehatan menjelang langit seringkali membasuh bumi!!

ahhh,,,, sebenernye gw juga kagak pernah ngerayain ultah di keluarge,,, cuma kebetulan aja waktu masih sekole n kulieehh temen2 pada ngucapin,

ahhhh anda adalah provokator ulung!!, hihihihi!!

makaci num.

Amalia Hazen said...

Num...
sebenernya kalo ultah itu kita..menyepi ya..
umur gw dah mo..abis nih..
tp kapan gak tau to..?
Semangat ajalah...

Cempluk Story said...

cuaca gak nentu emang mbak..jaga kondisi..

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.