09 January 2008

Terserah...

Nyanyian angin malam menemani aku melewati hari. Tarian hujan ikut menambah semarak riuh pemikiran. Sejuta cahaya berpendar tanpa aku tahu dari mana asalnya. Sejuta makna seharusnya bisa kuraih. Namun jiwa terlalu kerdil untuk menangkapnya.

Mengundang bencana kau tahu itu siapa. Mendatangkan rasa putus asa ahlinya juga sudah ada. Menempatkan diri di sudut sudah biasa. Cermin itu selalu hancur tanpa sempat terlihat. Tentu kesombongan alasan yang utama.

Sering kali hidup terlalu sederhana untuk di pikirkan terlalu serius. Terkadang hidup terlalu serius untuk di pikirkan dengan sederhana. Air mata juga punya seribu makna. Cinta juga memiliki berjuta rupa. Setiap hal dapat di nilai dengan cara berbeda.

Semua terserah kamu.
Terserah aku.
Terserah kita dalam memaknainya.

Ya, terserah...

2 comments:

matahari said...

Mengundang bencana kau tahu itu siapa. Mendatangkan rasa putus asa ahlinya juga sudah ada. Menempatkan diri di sudut sudah biasa. Cermin itu selalu hancur tanpa sempat terlihat. Tentu kesombongan alasan yang utama.

Kok aku merasa kamu seperti sedang menyindirku ya?

ichal said...

terserah gw,,, kalo bilang bahwa tulisan ini sastra tingkat tinggi,, hehehe!!!

tanpa menyindir,,, hidupku terlalu mudah untuk dibuat susah!!