06 June 2007

Marinir, Dari Rakyat dan Untuk Rakyat Peluruku

Tentu kita masih bisa membayangkan Mistin ditengah suasana kalut itu. Ada letusan senapan, ada jerit bingung para ibu, dan tangis anak-anak yang ketakutan, semua melebur di siang itu. Dalam suasana mencekam Mistin dibimbing nalurinya, naluri sebagai seorang ibu. Choirul digendongnya erat, di dekapkan lekat di dada. Sementara itu dia menyiapkan tubuhnya menyongsong lesat-pesat peluru itu. Ya, Mistin memang menyediakan dirinya sebagai pelambat laju peluru tentara. Perbuatannya tak pernah sia-sia. Walau memang Mistin mati seketika. Tetapi buah hatinya Choirul, selamat.

Ah, bahkan dalam membunuhpun mereka sangat berhemat. Satu peluru untuk dua sasaran. (read more)

4 comments:

Anonymous said...

PERTAMAX ! keep blogging

NiLA Obsidian said...

dear hanum....
aku udah pantengin blog mu dari siang...belom sempet komen eh dirimu dah liat aku duluan di recent reader hehe......keduluan deh...:-)

baca postingan mu yg ini ....miris banget....
rasanya kho kayak kejadian di negeri antah berantah.....yg kenyataannya ada di negeri kita....

semoga Tuhan cepat memberikan hikmahnya pada Mistin, choirul dll...

Num....tx alot buat supportnya selama aku semedi ya....:-)

artja said...

kejadian ini membuktikan bahwa kita memang tak boleh bosan untuk terus berjuang sesuai kapasitas kita untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan ikut menegakkan keadilan. sebab hal-hal seperti ini selalu akan terus terjadi, terlebih kalau kita tak ikut peduli

Anonymous said...

semoga gak terulang lagi...