10 September 2007

Sahabat

Sebuah tulisan yang kupersembahakan untukmu sahabatku (Jamilah)

“Aku ada cerita seru niy” ujarmu suatu sore saat aku dengan sengaja mampir ke tempat kerjamu. Kangen ngobrol dan berbagi berita denganmu.

Kau adalah sahabatku, sahabat yang saat pertama berjumpa sudah mencuri hatiku. Kepolosan, kejujuran serta kesederhanaanmu membuatku betah untuk berlama-lama ngobrol dan curhat denganmu, walau kita sadari masing-masing bahwa sifat kita sangat berbeda jauh. Tapi itulah yang membuat kita tetap menjadi sahabat hingga sekarang. Aku sudah mengganggapmu seperti saudaraku sendiri.

Kini kulihat sayap-sayapmu sudah melebar, mulai menampakkan keindahannya. Kepompong itu sudah pecah. Ulat itu kini telah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Dan tahukah kau betapa bahagianya aku. Ya saat kau menceritakan berbagai pengalamanmu padaku, aku bersyukur bisa mengenalmu dan ikut melihat kau berkembang. Kau yang pemalu sudah menjadi si percaya diri sekarang. Kau yang penakut sudah menjadi pemberani kini. Kau yang si pengikut sudah menjadi si penentu sekarang. Aku turut bahagia sobat. Sangat bahagia. Sekaligus iri, sangat iri. Karena aku sudah ketinggalan darimu. (baca lanjut)

4 comments:

Yodie Hardiyan said...

"walau saat angin bertiup kencang kau sempat kehilangan arah. Dan kau tahu, aku ada untukmu. Begitu juga diriku terhadapmu."

aku setuju dengan itu!

Salam Aceh!

Anonymous said...

Matahari, dikau sendiri pun sudah begitu bersinarnya... Bagaimana pulalah cahaya "dia" yang kau puja-puji ini.

Ntah kenapa pula kita agak lama ga saling mengunjungi ya. Padahal, curahan-curahan hatimu dalam tulisan seperti ini, somehow, selalu membuat perasaan nyaman.

Salam matahari dan rembulan...

ichal said...

ikhlas n terima apa adanya adalah pondasi yang kuat untuk membangun sebuah persahabatan, hingga yang mampu meruntuhkannya adalah ajal... tetap jalin persahabatan!

jemiro said...

wah, senangnya jadi jamilah :D
hehehe
bagus mas :D